(1)
“seseorg yg memburu cinta,adalah laksana memburu kijang
di rimba belantara.Bertambah diburu bertambah jauh dia lari.Akhirnya
tersesat dalam rimba,tak bias pulang lagi.”
“Sembah Dia dengan khusyuk,ingat Dia di waktu kita senang,supaya Dia ingat pula kepada kita di waktu kita sengsara.
Dialah yang akan membimbing tanganmu.
Dialah yang akan menunjukkan haluan hidupmu kepadamu.
Dialah yg akan menerang jalan yg gelap.Jgn takut mhadapi cinta.
Ketahuilah bahwa Allah yg menjadikan matahari dan memberi chy.
Allah yg menjdkan bunga dan memberinya wangi.
Allah yg mjadikan tubuh dan memberikan nyawa.
Allah yg menjadikan mata dan memberinya penglihatan.
Maka Allah pulalah yg menjadikan hati dan memberinya cinta.
Jika
hatiku diberiNya nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku,marilah
kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya,kita jaga dan kita pupuk,kita
pelihara supaya jgn dicabut tuhan kembali.Cinta adalah iradat
Tuhan,dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia diletakkan di atas
tanah yg lekang dan tandus,tumbuhnya akan menyeksa org lain. Kalau dia
dg kepada hati yg keruh dan kepada budi yg rendah,dia akan membawa
kerosakan.Tetapi jika dia hinggap kepada hati yg suci, dia akan mewarisi
kemuliaan, keikhlasan, dan taat kepada Ilahi…”
”cinta
tak bergantung kepada wang.Kalau dua org yg bercinta dapat
bertemu,kesenangan dan ketenteraman pikiran,itulah wang,itulah
kekayaan,lebih dr gelang mas,dukuh-berlian,pakaian cukup.Itulah
kesenangan yg tak lekang dipanas,tak lapuk dihujan.”
”Nikmat
Ilahi adalah disekeliling tiap-tiap insan,ada di dusun,ada di kota, ada
di gunung, dan ada dilurah, ada didataran dan ada di lautan.Tetapi
nafsu tiada merasa puas, atau tidak ingat nikmat yg dikelilingnya
itu;dia hanya melihat kekurangannya.Kurangannya.Yang senantiasa
diperhatikan ialah nikmat yg ada ditempat lain, dan yg di tgn org
lain.Kelak kalu dia ada kesempatan pindah ke tempat yg dilihatnya
itu,dia menyesal dan dia teringat pulang,iaitu pada hari yg tiada
berguna padanya penjelasan lagi…”
”Lihat
anak-anak muda zaman sekarang,yg nangis tersedu-sedu meminta belas
kasihan perempuan,mau dia berkorban,sengsara,hina,hanyalah mencari apa
yg disebut cinta.Salah persangkaan yg xdemikian,hai Guru muda.Cinta
bukan mengajar kita lemah tetapi membangkit kekuatan.Cinta bukan
melemahkan semangat ,tetapi membangkit semangat…”
”Jika
hatinya dikecewakan,dia akan tunjukkan dihadapannya dan dihadapan
suaminya bahwa jika maksudnya terhalang di sini, pada pasal lain tidak
terhalang. Lantaran kekalahan itu dia ambil jalan lain, dia maju dalam
politik, mengarang syair,dalam mengarang buku,dalam perjuangan hidup,
sehingga dia naik ke atas puncak yg tinggi, yg perempuan itu wajib
melihatnya dgn menengada dari bawah.Dgn itu,biar hatinya sendiri hancur
dalam kekecewaan yg pertama,maka org byklah yg mengambil hasilnya..”
”cinta
yg suci adalah laksana setitis embun yg turun dr langit ke atas bumi
Allah ini.Jika sekiranya bumi yg menerimanya itu subur.Maka tumbuh di
atasnya beraneka warna bunga-bunga yg harum semerbak.Menanamkan damai,
aman,sentosa,insaf,rasa percaya kepada diri sendiri.Dlm hal begini,embun
’cinta’ yg setitis itu membawa manusia yg dititknya ke maya pada yg
mulia.Tetapi jika dia jatuh ke bumi yg tak subur,yg tandus dan penuh
batu-batu,tidak ada yg akan tumbuh disana,lain dr sirih memanjat
batu,kuning daunnya,lemah gagangnya.Org itu menjadi putus asa,
pencemburu kpd sama manusia, hilang kepercayaan kpd nikmat yg tersimpan
di dlm hidup.Atau menjadi seorg pembenci,kurang percaya,kadang-kadang
pendendam dan sakit hati…”
(2)
Pergantungan jiwaku,Zainuddin!
Ke
mana lagi langit tempatku bernaung,setelah engkau hilang pula
drpdku,Zainudin.Apakah artinya hidup ini bgku kalau engkau pun terus
memupus namaku dr hatimu!
Sungguh besar sekali harapanku hendak hidup dekatmu.akan berkhidmat
kpdmu dgn segenap daya dan upaya, supaya mimpi yg telah engkau rekatkan
sekian lamanya bisa makbul. Supaya dapat segala kesalahan yg besar-besar
yg telah kuperbuat terhadap kpd dirimu saya tebusi.tetapi cita-citaku
itu tinggal selamanya mjadi cita-cita,sebab engkau sendiri yg menutupkan
pintu di hadapanku: saya kau larang masuk,sebab engkau hendak
mencurahkan segala dendam kesakitan yg telah sekian lama bersarang
didalam hatimu.yg selalu menghambat-hambat perasaan cinta yg
suci.Lantaran membalas dendam itu, engkau ambil suatu keputusan yg maha
kejam,engkau renggutkan tali pengharapanku,padahal pada tali itu pula
pengharapanmu sendiri tergantung.Sebab itu percayalahlah,Zainudin.bahwa
hukuman ini bukan mengenai diriku seorg,bukan ia menimpa kan kecelaka
kepadaku saja,tetapi kpd kita berdua.Karena saya percaya bahwa engkau
masih tetap cinta kepadaku.
Zainudin! Kalau saya tak ada,hidupmu tidak juga beruntung,
percayalah!
Di dalam jiwaku ada suatu kekayaan besar yang engkau sangat
perlu kepadanya, dan kekayaan itu belum pernah kuberikan kepada org
lain, walaupun kepada Aziz, ialah kekayaan cinta. Saya tahu bahwa engkau
kekurangan itu. Saya merasa bahwa saya sanggup memberimu bahagia pada
tiap-tiap saat hidupmu,yang tiada seorg perempuan agaknya yg sanggup
menandingi saya di dalam alam ini dalam kesetiaan memegangnya,sebab
sudah lebih dahulu digiling oleh sengsara dan kedukaan,dipupuk dgn air
mata dan penderitaan. Dan kalau sedianya engkau kabulkan, kalau sedianya
engkau terima kedatanganku, saya pun tidak meminta upah dan balasan
dari engkau.Upah yg saya harapkan hanya dr Dia, Allah Yg Maha Esa ,
supaya engkau diberiNya bahagia,dihentikannya aliran air matamu yg telah
mengalir sekian lama.Upahku yg kedua, yg saya harapkan
daripadaNya,hanyalah supaya saya dpt hidup dekatmu,laksana hidupnya
sebatang rumput sarut di bawah lindungan pohon beringin dengan aman dan
sentosa,dipuput oleh angin pagi yg lembut gemulai…
Zainuddin!..Mengapa
engkau tak suka memaafkan kesalahanku? Demi Allah! Saya sudah
insaf,bahwa tidak ada seorg pun yg pernah sy cintai didalam alam
ini,melainkan engkau seorg.Tidah pernah beroleh tenteram diriku setelah
aku coba hidup dgn org lain.Org yg telah mengecewakan hatimu itu,yg
sekarang telah insaf dan telah menghukum dirinya sendiri,meskipun dia
sanggup memperoleh tubuhku,dia selamanya belum sanggup memperoleh
hatiku.Karenaa hatiku telah untukmu sejak saya kenal akan dikau.
Kalau sekiranya engkau maafkan kesalahanku,engkau lupakan
kebebalan dan kecongkakan ninik mamakku,kalau…kalu sekiranya maafmu
memberi izin mimpimu sendiri terkabul; kalau sedianya semuanya itu
kejadian,engkau akan beroleh seorg perempuan yg masih suci batinnya,suci
jiwanya,belum pernah disentuh org lain,hatinya belum pernah dirampas
org, yg tidak bedanya dengan ’Permatamu yg Hilang’ dan dgn gadis Batipuh
yg engkau cintai dua dan tiga tahun yg lalu, yg gambarnya tergantung di
kamar mu!
Piala kecintaan
terletak dihadapan kita, penuh dgn madu hayat nikmat ilahi.Air madu itu
telah tersedia di dalamnya utk kita minum berdua,biar isinya menjadi
kering, dan setelah kering kita telah boleh pulang ke alam baqa dgn
wajah yg penuh senyuman,kita mati dgn bahagia sebagaimana hidup telah
bahagia.Tiba-tiba dgn tidak merasa kasihan,engkau sepakkan piala itu dgn
kakimu,sehingga terjatuh,isinya tertumpah habis, pialanya
pecah.Lantaran itu, baik saya atau engkau sendiri,meskipun akan masih
tetap hidup, akan hidup bagai bayang-bayang layaknya.Dan kalau kita
mati, kita akan menutup mata dengan penuh was-was dan penyesalan.
Apa sebab engkau begitu kejam, tak mau memberi maaf
kesalahanku?Padahal telah lebih dahulu bertimpa-timpa azab sengsara ke
atas diriku lantaran mungkir ku! Kelihatan oleh matamu sendiri bagaimana
saya dan suamiku menjadi pengemis di waktu kayamu,menumpang di rumahmu
utk mmperlihatkan bagaimana sengsaraku lantaran tak jadi bersuami dgn
engkau.Hilang…hilang semuanya.Hilang suami yg kusangka dpt memberiku
bahagia.Hilang kesenagan dan mimpi yg ku harap-harapkan.Setelah semuanya
kuderita,harus kudengar pula dr mulutmu sendiri kata
penyesalan,membongkar kesalahan yg lama, yg mmg sudah nyata kesalahan,yg
oleh Tuhan sendiripun kalau kita bertobat kepadaNya,walaupun bagaimana
besar dosa,akan diampuniNya.
Adakah engkau tahu, hai Zainuddin,siapakah perempuan yang duduk di
kamar tulismu kemarin itu? Yang engkau beri kata pediih,kata pnyesalan,
kata engkau bongkar kesalahannya dan kedosaaannya, yg engkau remukkan
jiwanya dgn tiada peduli?
Perempuan itu tidak lain dari satu bayang-bayang yg telah hilang
segenap semangatnya,yg telah habis seluruh kekuatannya,tidak berdaya
upaya lagi,habis kekuatan pansainderanya dan perasaannya; matanya
melihat, tetapi tak bercahaya, telinga mendengar, tetapi tiada ia
mafhum lagi apa yg didengarnya.
Yang tinggal hanya tubuhnya,batinnya sudah tak berkekuatan
lagi…
Inilah dia perempuan yg engkau sakiti itu.Itulah perempuan
yang engkau timbang sengsaranya dan ratapnya.Engkau ulurkan kepadanya
tanganmu yg kuat dan kuasa,engkau tikam dia dgn keris
pembalasan,mengenai sudut jantungnya, terpancar darah dan akan tetap
mengalir sampai sekering-keringnya, mengalir bersamaan dgn jiwanya..
Inilah perempuan yg engkau sakiti itu!
Tetapi sungguhpun demikian pembalasan yg engkau timpakan ke
atas pundakku,kesalahanmu telah ku ampuni,telah kuhabisi, telah
kumaafkan. Sebabnya ialah lantaran saya cinta akan engkau.Dan Karena
saya tahu bahawasanya yg demikian engkau lakukan adalah lantaran cinta
juga.Cuma satu pengharapan yg penghabisan,heningkan hatimu
kembali,sama-sama kita habisi kekecewaan yg sudah-sudah,ampuni
saya,maafkan saya,letakkan saya kembali dalam hatimu menurut letak yg
bermula,cintai saya kembali sebagaimana cintaku kepadamu dan jgn saya
dilupakan…
Engkau suruh
saya pulang ke kampungku dan engkau berjanji akan membantuku sekuat
tenagamu sampai saya bersuami pula.
Zainudin! Apakah artinya harta dan perbantuan itu bagiku, kalau bukan dirimu yang ada dekatku?
Saya turutkan permintaan itu, saya akan pulang .Tetapi,
percayalah Zainudin bahwa saya pulang ke kampungku, hanya dua yang ku
nantikan: pertama kedatangan mu kembali, menurut janjiku yang
bermula,yaitu akan menunggumu, biar berbilang tahun,biar berganti musim.
Dan yg kedua ialah menunggu maut,biar saya mati dgn meratapi
keberuntungan yg hanya bergantung di awang-awang itu.
Selamat tinggal, Zainudin! Selamat tinggal, wahai org
kucintai di dunia ini! Seketika saya meninggalkan rumah mu, hanya namamu
yg tetap jadi sebutan ku. Dan agaknya kelak, engkaulah yg akan terpatri
dalam doaku,bila saya menghadapTuhan di akhirat…
Mana
tahu,umur di tgn Allah! Jika saya mati dahulu, dan masih sempat engkau
ziarah ke tanah pusaraku,bacakan doa di atasnya,tanamkan di sana daun
puding panca warna dari bekas tanganmu sendiri,untuk jadi tanda bahwa di
sanalah terkubur seorg perempuan muda, yg hidupnya penuh dgn
penderitaan dan kedukaaan dan matinya remuk rindu dan dendam..
Mengapa suratku ini banyak membicakan mati?Entahlah,
Zainudin, saya sendiri pun heran, seakan-akan kematian itu telah dekat
datangnya.Kalau ku mati dahulu daripadamu, jgn engkau berduka hati,
melainkan sempurnakan permohonan doa kepada Tuhan, moga-moga jika banyak
benar halangan pertemuan kita di dunia, terlapanglah pertemuan kita di
akhirat, pertemuan yang tidak akan diakhiri lagi oleh maut dan tidak
dipisahkan oleh rasam basi manusia…
Selamat tinggal, Zainudin, dan biarlah penutup surat ini ku
ambil perkataan yg paling enak ku ucapkan di mulut ku dan agaknya entah
dgn itu ku tutup hayatku di samping menyebut kalimat syahadat, yaitu :
Aku cinta akan engkau, dan kalau ku mati, adalah kematianku di dalam
mengenangkan engkau…”
.Sambutlah salam dari:
Hayati
Sepenggal surat-surat Hayati, dalam..
~TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK~
by Hamka