Putu
Wijaya adalah
sastrawan yang terkenal yang mempunyai nama asli, yaitu I Gusti Ngurah Putu. Ia
berasal dari Pulau Bali. Putu memang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan,
Bali pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan
kegemarannya pada dunia sastra. Saat masih duduk di sekolah menengah pertama di
Bali, ia mulai menulis cerita pendek dan beberapa di antaranya dimuat di harian
Suluh Indonesia, Bali. Ketika duduk di sekolah menengah atas, ia memperluas
wawasannya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sandiwara. Setelah selesai
sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan
budaya.
Di
Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni
lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan
Film (Asdrafi), dan meningkatkan kegiatannya bersastra. Dari Fakultas Hukum,
UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam
penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya
sebagai seniman.
Setelah
kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di Jakarta
ia bergabung dengan Teater Kecil dan Teater Populer. Di samping itu, ia juga
bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres. Setelah majalah itu mati, ia menjadi
redaktur majalah Tempo (1971--1979). Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo,
Putu mendirikan Teater Mandiri (1974).
Pada
saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar drama di
Jepang (1973) selama satu tahun. Namun, karena tidak kerasan dengan
lingkungannya, ia belajar hanya sepuluh bulan. Setelah itu, ia kembali aktif di
majalah Tempo. Pada tahun 1975 ia mengikuti International Writing Program di
Iowa, Amerika Serikat. Setelah itu, ia juga pernah menjadi redaktur majalah
Zaman (19791985).
Ia
juga mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara lain dalam
Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan dalam Festival Horizonte
III di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiri berkeliling
Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001). Di samping
itu, ia juga pernah mengajar di Amerika Serikat (1985--1988).
Di samping
itu, Putu juga menjadi sutradara film dan sinetron serta menulis skenario
sinetron. Film yang disutradarainya ialah film Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong.
Sinetron yang disutradarainya ialah Dukun Palsu, PAS, None, Warteg, dan
Jari-Jari. Skenario yang ditulisnya ialah Perawan Desa, Kembang Kertas, serta
Ramadhan dan Ramona. Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra.
Selama
bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia
pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa
pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot
(1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia
juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan
Bernyanyi (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu.
Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang
diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.
Karena
kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, Putu Wijaya pun lebih
dikenal sebagai dramawan. Sebenarnya, selain berteater ia juga menulis cerpen
dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di samping menulis esai tentang
sastra. Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupun novel, telah diterjemahkan
ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jerman,
Jepang, Arab, dan Thailand.
Gaya
Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama. Seperti
dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung mempergunakan gaya
objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness dalam
pengungkapannya.
Terhadap
karya-karya Putu itu, Rachmat Djoko Pradopo (dalam Memahami Drama Putu Wijaya:
Aduh, 1985) memberi komentar bahwa Putu berani mengungkapkan kenyataan hidup
karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar, lebih-lebih libido
seksual yang ada dalam daerah kegelapan.
a.
Drama
1.
Dalam Cahaya Bulan (1966)
2.
Lautan Bernyanyi (1967)
3.
Bila Malam Bertambah Malam (1970)
4.
Invalid (1974)
5.
Tak Sampai Tiga Bulan (1974)
6.
Anu (1974)
7.
Aduh (1975)
8.
Dag-Dig-Dug (1976)
9.
Gerr (1986)
10.
Edan
11.
Hum-Pim-Pah
12.
Dor
13.
Blong
14.
Ayo
15.
Awas
16.
Los
17.
Aum
18.
Zat
19.
Tai
20.
Front
21.
Aib
22.
Wah
23.
Hah
24.
Jpret
25.
Aeng
26.
Aut
27.
Dar-Dir-Dor
b.
Novel
1.
Bila Malam Bertambah Malam (1971)
2.
Pabrik (1976)
3.
Stasiun (1977)
4.
Keok (1978)
5.
Sobat (1981)
6.
Lho (1982)
7.
Telegram (1972)
8.
Tiba-Tiba Malam (1977)
9.
Pol (1987)
10.
Terror (1991)
11.
Merdeka (1994)
12.
Perang (1992)
13.
Lima (1992)
14.
Nol (1992)
15.
Dang Dut (1992)
16.
Kroco (1995)
17.
Byarpet (1995)
18.
Cas-Cis-Cus (1995)
19.
Aus (1996)
c.
Kumpulan Cerpen
1.
Bom (1978)
2. Es
(1980)
3.
Gres (1982)
4.
Klop, Bor, Protes (1994)
5.
Darah (1995)
6.
Yel (1995)
7.
Blok (1994)
8.
Zig Zag (1996)
9.
Tidak (1999)
d.
Novelet
1. MS
(1977)
2.
Tak Cukup Sedih (1977)
3.
Ratu (1977)
4.
Sah (1977)
Karya
esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise,
Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.
Penghargaan
yang telah diterimanya ialah sebagai berikut:
1.
1967 Pemenang ketiga Lomba Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater
Nasional Indonesia (drama Lautan Bernyanyi)
2.
1971 Pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ (novel Telegram)
3.
1975 Pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ (novel Stasiun)
4.
1980 Penerima SEA Write Award dari Kerajaan Thailand
5. 1991-1992
Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation, Kyoto, Jepang
No comments:
Post a Comment