Coba Buka!!

Friday, 5 September 2014

Materi dan Contoh Cerpen



CERPEN

Cerpen adalah karangan bebas yang memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik sebagai unsur pembangun cerita tersebut. Biasanya cerpen terdapat kata-kata yang puitis sehingga dapat menghibur pembaca.


Unsur intrinsik cerpen :

1. Tema                              5. Sudut pandang
2. Alur                                6. Pesan/amanat
3. Penokohan                      7. Majas
4. Setting/latar                     8. Suasana







Unsur ekstrinsik cerpen berkaitan dengan penulis cerpen, dan hal-hal yang berkaitan dengan sosial, budaya, pekerjaan dll.

Ciri-ciri cerpen :
1. Tidak lebih dari 10.000 kata.
2. Hanya satu alur.
3. Perwatakan pelaku tidak dibahas secara mendalam.
4. Pelaku tidak mengalami perubahan nasib.
5. Hanya menceritakan kejadian luar biasa dalam satu waktu kehidupan pelaku.
6. Adanya konflik diantara tokoh.
7. Cerita singkat habis dibaca sekali duduk.
8. Meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.
9. Maksimal 10 halaman.
Contoh cerpen berbagai tema hasil karya anak-anak EXSCO SCIENCE TWO ^SMA 2 Bantul^
Anda bisa mendownload cerpennya, DISINI
We Are EXSCO, EXSCO, EXSCO

Supported by http://arifrahmaann.blogspot.com/

Wednesday, 3 September 2014

Cenpen Romantis

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-dnZ6Ef9Sb6ZznWxK_e5yeQBqb45VxmG9NGrLQK3-Z-M7AEf9GaPL6nGwZa6kDL-cAfIPDEmrcrLNhfWnFs57RNhiTpWgtTONwANJAQaJo0IxfBSpi6QIIngR_adEYxX5U8TqNdtaEXQ/s320/Contoh+Surat+Cinta+Buat+Kekasih++Pacar.jpg 
Kamu Adalah Senja Itu
Karya : Ario Chandra Purpratama

Waktu tak terasa tahun telah berganti. Mentari datang dan pergi begitu cepat bagaikan angin yang berhembus begitu saja. Dan hari itu kembali lagi, hari yang mungkin tak akan terlupakan buat Jetty. Tepatnya 21 April, memang Hari Kartini tetapi lebih istimewa dari pada itu karena laki-laki yang dia idam-idamkan  menyatakan cinta kepada Jetty. Setelah pertemuan pertamanya dengan laki-laki itu di taman yang dipenuhi bunga yang sedang mekar.

Seminggu sebelum hari ini,  Jetty mempersiapkan kado. Kado yang bisa dibilang berukuran besar karena melebihi ukuran tas yang sering dia tenteng-tenteng dimana pun dia pergi. Isinya hanya sepasang sepatu yang June ingin-inginkan. Jeri payah mengumpulkan uang untuk membeli sepatu itu memang tak semudah meminta uang kepada orang tuanya. Harga yang mukin melebihi ukuran dompet mahasiswa, mengharuskan Jetty bekerja sampingan. Tanpa sepengetahuan June pujaan hatinya itu, setiap selesai kuliah Jetty bekerja sebagai pelayan di cafe yang dekat dengan kos-kosannya. Memang Jetty bukan anak yang manja, dia ingin membeli kado itu dengan uang hasil jeri payahnya sendiri.

Di Danau Lin, tempat dimana June dan Jetty telah rencanakan sebelumnya. Danau harapan nama yang sering disebut dimasyarakat setempat,  bukan karena mitos dari danau itu, tetapi tempat itu bisa dibilang romantis dengan pemandangan yang menabjubkan. Kebayakan pasangan-pasangan remaja yang datang di tempat itu. Minggu atau hari libur, dimana tempat itu ramai setiap pasangan berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir danau. Bergandeng tangan dan bercanda ria hal yang mereka lakukan. Entah, apa yang mereka bicarakan?

Mentari mulai pulang keperpaduannya. Air danau semakin berwarna kemerah-merahkan. Air bergelombang mengikuti arah angin. Jetty pun datang duluan ke tempat yang telah direncanakan itu. Jetty duduk di tempat duduk dari kayu sebelahan dengan tiang lampu.
“Sayang, aku udah sampai.” Pesan singkat yang ditujukan kepada June.
10 menit sudah berlalu tetapi belum ada jawaban sms dari June. Rasa khawatir mulai datang. Jarum jam mulai menunjukan pukul 16.30. Tiba-tiba telepon bergetar. Jetty langsung menatap layar teleponnya.
“Maaf, sayang aku tak bisa datang, aku kecelakaan.” Isi pesan dari June.
Jetty pun kaget dan langsung mukanya berubah pucat. Rasa khawatir itu bagaikan petir yang menyambar ketika akan datang pelangi.  Jetty kebingungan, dia mencoba untuk menelpon June tetapi tidak aktif. Ditengah-tengah kekhawatirnya itu terdengar seorang lelaki dengan sedang memainkan gitar sambil bernyanyi lagu Selamanya-Utopia.  Lagu kesukaan Jetty.
“Itu suara yang pernah aku dengar, siapa dia?” Gumam Jetty.
Suara itu terdengan dibelakang Jetty, langsung Jetty membalikan badannya dan terlihat laki laki yang memakai baju rapi dengan rambut jambul has.Ternyata itu June, langsung jetty memeluk June dengan erat.

“Sayang, aku khawatir jika kamu memang kecelakaan, aku tak bisa membayangkan jika kamu pergi jauh dan tak kembali.” Bisik Jetty kepada June sambil mengeratkan pelukannya.
“Aku tak akan kemana mana. Aku akan menjadi senja yang selalu menemani di setiap soremu. Happy anniversary, Sayang.”  Balas bisikan dari Jetty.
Hati mulai tenang yang tadinya kacau. Terasa bertaburan bunga yang tak henti-hentinya.
Hening mulai tercipta diantara mereka.
“Hay, Bunga?” Suara lirih memanggi Jetty.
“Apa, honey?” Jawab Jetty.
“Aku punya ini untukmu.” Sambil menggenggaman serangkaian mawar kesukaan Jetty.
Senyum manis dari Jetty mulai merekah. Pipinya mulai terangkat. Kerutan kulit di pipinya mulai menebal. Hatinya berdebar semakin kencang. Jetty mencoba mengambil bunga itu dengan kedua tangannya. June melangkahkan satu langka lebih dekat dan June mencium kening Jetty. Hati Jetty pun semakin berdebar kencang. Dia menutup matanya.
“Ini mimpi bukan?” Gumamnya dalam batin.
“Makasih, Sayang. Aku juga punya sesuatu buat kamu.” Ucap Jetty kepada June.
“Apa?” Balas pendek June.
“Hanya ini yang bisa aku kasih. Jangan dibuka dulu yaa. Nanti dirumah aja.”
Kata Jetty sambil memberikan sebungkus kado.
“Terima kasih, Sayang. Aku juga punya sesutau buat kamu.” Kata June.
“Apa itu, Sayang?” Tanya penasaran dari Jetty. “Hanya sekecil ini, tapi aku harap kamu suka.” Sambil memberikan kado lebih kecil dari kado yang diberikan oleh Jetty.           
“Iya,gak apa-apa, aku akan suka kok.” Jawab Jetty.

Merah senja mulai meghilang. Gelap menumbangkan pepohonan yang tecermin diatas air danau. Hembusan angin yang membawa kedingan datang selaras dengan gelap menyelimuti. Lampu-lampu disamping tempat duduk pinggir danau itu mulai menyala serentak. Pagar besi dan jalan setapak itu mulai jelas kembali.  Jetty dan June pun memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan meninggalkan tempat duduk yang mereka duduki tadi. Tangan Jetty dipegang erat oleh June. Menandakan June sayang kepada Jetty, melebihi apapun. Di bawah sinar lampu mereka berdua berjalan pelan.

Sebulan telah berlalu dari hari yag mendebarkan itu. June tiba-tiba jarang menghubungi Jetty. Mungkin karena kesibukan keduannya menghadapi sekrepsi. Atau kerena mereka berbeda universitas dan beda fakultas makannya jarang ketemu. Walau terkadang June masih menghubungi Jetty melalui telepon. Tetapi, berbeda dari sebelum hari aniversary itu, sebelumnya June selalu mengajak main Jetty setiap pulang kuliah. Jetty pun menyadari kesibukan June.
Hari- hari sibuk untuk sekrepsi itu pun telah usai. Pendidikan S2 telah diraih Jetty. Tetapi, saat wisuda itu June tidak datang dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Jetty. Jetty bingung sebernanrnya June kemana, kekasihnya itu?. Hari-hari mulai sepi tanpa kabar dari June. Jetty pun menaruh rasa curiga. Bulan demi bulan tanpa kabar dari June.

Bulan purnama bersinar terang. Suara binatang malam tak bisa terengar lagi karena telinga yang dipaksakan mendengar lagu demi lagu menggunakan headsed.  Jetty duduk di dekat taman di belakang rumagnya. Ribuan bintang-bintang menemaninya dalam kesunyian malam itu. Banyak tanda tanya dibenak Jetty. Apa mugkin June telah melupakanku dan kenangan- kenangan yang  ada?
“Itu tak akan mungkin.” Kata hatinya mulai beradu sebuah pernyataan yang meyakinkan Jetty. Tetapi, keyakinan Jetty kepada kekasihnya itu tak mungkin tergoyahkan lagi. Laki-laki yang telah menemaninya 3 tahun itu, yang telah ditaruh harapan yang besar oleh Jetty. “Kamu kenapa, Sayang?” Suara terdengar lirih bertanya kepadanya. Itu  bukan June. Tetapi, Ibunya Jetty yang merasa ada masalah yang dialami anaknya itu.
“Gak apa apa, Ma.” Jawab Jetty dengan menyembunyikan raut hati yang sedang kacau.
“Aku ini Mamamu, Jetty.Cobalah untuk bercerita kalau sedang ada masalah.” Bujuk Mamanya Jetty yang ragu dengan jawaban Jetty sebelumnya.
Suasanya menjadi sunyi, Jetty yang diam saja tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Mamanya itu.
“Jetty? Jetty? Jetty?” Di panggil 3 kali oleh ibunya baru Jetty menengokkan wajahnya
ke wajah Mamanya yang khawatir.
“Iya, Ma?” Jawab singkat sambil kaget dari Jetty.
“Kamu kok melamun gitu, kamu sedang memikirkan June ya?” Tanya Mamanya itu, dan terdengar nama June. Seseorang yang sedang dilamunkan itu.
“Tidak, Ma. Aku baik-baik saja kok.”Jawab Jetty dengan senyum palsu menutupi masalahnya itu.
“Aku yakin jika kalian mempunyai masalah, kalian bisa menyelesaikannya, karena Mama yakin kalian telah dewasa.” Kata-kata yang terucap dari mulut Mamanya yang mencoba menenangkan Jetty.
Akhirnya Jetty memutuskan pergi menemui June ke kampusnya keesokan harinya.

Suara ayam memecah kesunyian pagi. Kabut pagi mulai pudar. Sinar mentari menelusup melalui cela-cela kabut. Gelap mulai pergi. Air embun di atas dedaunan mulai terlihat. Memancarkan sinar mentari yang memantul. Alaram membangunkan Jetty dari tidur nyenyaknya itu. Menghilangkan dirinya dari mimpi yang sedang dia masuki. Jarum jam menunjukan pukul 07.00. Rasa ngantuk yang masih menyelimutinya, dia menghiraukan itu semua. Dia segera bergegas sesuai rencana awalnya. Segera mandi dan siap-siap.
“Kamu mau kemana, Jetty? Kok keburu-buru gitu.” Tegur ayahnya yang sedang menikmati sarapan pagi sebelum pergi kekantor.
“Mau pergi kuliah, Yah.” Suara lirih sambil ngos-ngosan. Tanpa, mempedulikan makanan yang sudah diidangkan ibunya itu, Jetty hanya mengambil sepotong roti yang telah diolesi selai. Rasa penasaran yang mungkin tak bisa dicegah oleh Jetty memecah segalanya. Mungkin, karena saking kangennya kepada kekasihnya itu.
Jetty langsung mengambil scotter warna kuning dengan tas tercanteng di pundaknya.

Sesampainya di kampus kekasihnya itu. Jetty langsung menuju taman depan kampus kekasihnya itu, Jetty sudah janjian dengan Jhon. Jhon adalah teman dekat June yang telah kenal Jetty sebelumnya dan sering double date dengannya. Setelah menunggu 15 menit Jhon menghampiri Jetty.
“Hay, Jett. Lama tak bertemu gimana kabarnya?” Sambil bersalaman dengan Jetty.
“Baik, Gimana denganmu?” Jawab Jetty.
“Baik juga, ada apa ya, tidak biasanya mau bertemu aku?”
Heran, sambil menggarukan jari-jarinya kerambut kribonya itu. “Kamu tau June gak? Dua bulan terakhir ini dia menghilang begitu saja. Aku kira sibuk dengan sekresipnya.” Tanya Jetty kepada Jhon.
“Aku juga tidak tahu, sebenernya aku juga mau tanya denganmu. Dia juga tidak berangkat sebelum dia menyelesaikan sekrepsi.” Jhon menjawab dengan muka menyembunyikan sesuatu dari June.
“Tapi, aku bertemu dia kemaren......” 
“Bertemu dimana? Apa dia menanyakanku.” Sambet Jetty sebelum Jhon menyelsaikan kalimat yang ingin dia ucap.
“Dia hanya menitipkan ini untukmu.” Jhon mengeluarkan sepucuk surat kecil dari tas gendongnya itu.
“Apa itu?” Tanya Jetty dengan rasa bingung. Langsung Jetty ingin memintanya.
Jhon memberikan surat itu, “Pesan dari June, surat ini kamu baca saat kamu di rumah.”
“Oke aku akan baca dirumah.” Janji Jetty. Setelah berbincang-bincang agak lama, Jetty memutuskan untuk pulang karena mentari mulai meninggi diatas ubun-ubun.

Jam dinding yang menempel di dinding dengan cat agak kebiru-biruan berbunyi pertanda waktu menunjukkan pukul 00.00. Rasa penasaran dan ragu ingin membuka surat yang diberikan Jhon tadi dari June mengakibatkan tidak bisa tidur. Akhirnya, Jetty memberikan diri untuk membaca surat kecil itu. Suasana serasa hening karena lagu yang sedang Jetty mematikan lagu yang sedang dia dengarkan. Sudut mata hanya tertuju di susunan kata warna hitam yang digoresankan di kertas itu.
“Sayang, maaf aku pergi begitu saja tanpa memperdulikanmu. Aku tak bisa denganmu lagi karena orang tuaku telah menjodohkanku dengan orang lain. Dan aku harus meninggalkan kota ini. Aku tak bisa menolak permintaan orang tuaku ini. Mungkin dengan ini jalan yang terbaik adalah hubungan kita tidak lagi ada. Makasih, atas segalanya. Pertemuan terakhir kita saat anniversary itu adalah pertemuan terakhir yang tak akan ku lupakan. Kau telah menjadi sebagian dari hidupku. Maksih Jetty. Dari June.”
Jetty hanya terdiam membaca surat itu, dia kaget dengan pernyataan yang dia terima. Badannya tiba-tiba menggigil. Pikirannya mulai kabur, dan semuanya menjadi kacau. Satu demi satu butiran air mata menetes di atas kertas yang masih dia pegang. Air mata itu melunturkan tulisan hitam dari tinta itu. Rasa marah, kesal, bercambur baur menjadi satu.
“Apakah ini janjimu selama ini?”
“Apakah kamu begitu cepat melupakanku?”
Pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan June muncul hanya didalam angan dan dengar lirih sambil tersedu sedu. Dengan pikiran yang sedang kacau Jetty menyobek-nyobek kertas yang telah ditulis June itu, tidak Cuma itu Jetty juga melempatkan bingkai kecil yang berisi fotonya dengan June saat di Danau itu. Dan semua benda yang diberikan June dibanting dengan tidak sadar.

Tak terasa pagi datang kembali membawa sinar mentari untuk menerangi hari yang penuh dengan kabut putih. Jetty masih tertidur pulas. Alarm seperti biasanya tidak berbunyi lagi karena telah terbanting tadi malam.
“Tog...tog...” terdengar kentukan dari luar kamar.
“Jetty bangun. Kamu gak kuliah?” Teriak mamanya dari luar kamar.
Jetty tidak menjawab pertanyaan dari Mamanya itu, dan membiarkan sebagai angin berlalu.
Tanpa respon dari Jetty. Mamanya berinisiatif untuk menggunakan kunci cadangan. “Cekleekkk...ceklee...” Pintu terbukan. “Aaaaaduuhhhhhhhhhhhh.......Jettyy............” Teriak Mamanyaa yang kaget melihat kamar yang berantakan akibat barang-barang berceceran.
“Jetty kamu kenapa, Kok kamarmu seperti kapal pecah.” Mamanya agak marah dengan nada tinggi dia bertanya.
“Tidak apa-apa, Ma.” Jawab Jetty degan suara lirih hampir tidak ada suaranya karena suaranya sudah dihabiskan menangis tadi malam.
Jetty langsung bangun dan berjalan menuju kamar mandi dan langsung menuju meja makan tanpa membersihkan kamar dahulu. Mamanya hanya terdiam menghadapi Jetty tanpa marah yang berlebihan karena Jetty adalah anak satu-satunya. Kamar yang berantakan itu satu demi satu dibersihka oleh Mamanya.

Sudah sebulan Jetty tanpa June. Seseorang yang selalu ada untuk Jetty. Yang menjadi pahlawan untuk Jetty kini hanya menjadi bayang-bayang yang terbang diangannya. Melamun kini menjadi kebiasaan yang Jetty lakukan. Sering dia meluangkan waktu untuk mengunjungi Taman yang pertama kali dia bertemu June. Dia disana hanya duduk terdiam dan melamun. Dan Dia sering bolos kuliah. Rasa benci kepada June yang masih mengaduk-ngaduk hatinya itu merubah sifat dan kebiasaan Jetty. Yang dulunya Dia aktif sekarang menjadi kurang dan hanya diam
.

Suatu ketika Jetty sedang sendirian terdiam dirumah, hanya duduk di sofa depan televisi.
“Tog......Tog.....Tog..... Permisi....” Terdengar seseorang mengetuk pintu.
Tanpa sepatah kata menanggapi suara Jetty langsung membukakan pintu. Di depan pintu ada Jhon dan seorang ibuk-ibuk agar paruh baya.
“Hay, Jett.....” Sapa Jhon.
“Apa lagi, aku sudah membenci June yang telah meninggalkanku.. Benciii...” nada tinggi Jetty menanggapi.
“Aku jelasin.....” Berusaha menenangkan Jetty.
“Gak usah ... Silahkan pergi jika hanya ingin membahas June,  Aku sudah membuangnya dari hidupku..” Jetty pun marah, menyambar perkataan Jhon yang belum selesai bicara.
“Nak Jetty... Saya yang meminta Nak Jhon mengantarkan tante untuk datang kesini.” Suara lirih dengan mata berkaca-kaca.
Lalu, Ibu-ibu itu memeluk Jetty dengan air mata yang mulai menetes di pipinya. Jetty pun bingung siapa ibu-ibu ini?
“Tante adalah Mamanya June. Kamu wanita yang selalu berusaha diceritakan June kepada Tante. Surat yang diberikan Nak Jhon kemaren itu bukan sebenarnya.” Ibu-ibu itu sambil membisikan ketelinganya Jetty.
Jetty pun kaget, sebelumnya dia belum pernah melihat Mamanya June karena June tidak boleh pacaran dulu sebelum bekerja. Dan dengan pernyataan Mamanya June itu Jetty tambah bingung.
“June telah meninggal....” Bisik lirih dari Mamanya June.
Jetty pun kaget bagaikan awan hitam bersam petir mulai datang merubah hari yang cerah itu. Rasa benci kepada june yang telah tertanam di hati Jetty terasa tumbang. Badan yang tadinya berdiri tegak karena emosi menjadi lemas mendengar pernyataan itu. Mata Jetty mulai berkaca-kaca sampai meneteskan air matanya.
Setelah Mamanya June melepaskan pelukannya, lalu menyeka butiran air mata yang ingin jatuh kepipinya. Mamanya June memberikan sebuah surat dan handphone yang dari tadi ada digenggamannya.
“Jika nak Jetty ingin tahu yang sebenarnya, ini ada surat dari June sebelum dia menutup mata untuk terakhir kalinya dia menyuruh tante untuk memberikan kepadamu.” Kata Mamanya June.

Dengan tangan bergetar sambil tersedu-sedu Jetty menerima surat itu dan membacanya.
“Dear Bungaku, Ku harap saat membaca surat ini kamu tersenyum sama saat kamu membalas senyum ku saat pertama kali kita bertemu. Senyummu sama dengan bunga yang sedang mekar di Taman itu, menyejukan hati yang kosong ini. Terima kasih atas segala kasih sayang yang kamu berikan kepadaku, kasih sayang itu melebihi kasih sayangku. Maaf, jika aku menyembunyikan ini semua. Penyakit kronis dari bayi menyebabkanku harus menjauh darimu. Aku tak mau kamu sampai mengetahui ini semua, aku tak mau kamu bersedih dengan kondisi yang aku alamai. Aku tahu kamu orang yang tegar. Semoga kamu setelah membaca surat ini, kamu akan mengerti. Anniversary kita yang ketiga di danau itu adalah pertemuan yang membuatku tegar menjalani hidup. Aku mempunyai perjalannya cinta kita yang aku buat cerpen dan ada foto-foto dari kita bertemu awal sampai terakhir di handphone yang aku berikan. Semoga dapat menjadi sebuah cerita indah dalam hidupmu. Aku tahu setiap manusia akan merasakan kematian, tetapi apa yang melandaku berbeda. Aku berharap kamu akan menemukan laki-laki yang lebih dari aku dan bisa membuat kamu tersenyum seperti senja yang menemani kita di danau itu. I LOVE YOU JETTY. Dari honey mu June.”
Saat membaca surat itu Jetty tidak bisa menahan air mata yang mengalir deras dan di akhir kata Jetty terjatuh lemas tidak sadarkan diri.

Jetty yang mengira June meninggalkannya karena June menikah dengan orang lain dan melupakan janji kepada Jetty ternyata bukan sebenarnya. June menutupi penyakit kronis yang dialami sejak kecil. June tidak ingin  penyakitnya membebani kekasih yang sayang kepadanya itu. Dan akhirnya June tidak bisa melawan penyakitnya itu dan meninggal.

 Anda bisa mendownload Cerpen diatas, DISINI
Rabu, 03 Agustus 2014