Kamu Adalah Senja Itu
Karya : Ario
Chandra Purpratama
Waktu tak terasa
tahun telah berganti. Mentari datang dan pergi begitu cepat bagaikan angin yang
berhembus begitu saja. Dan hari itu kembali lagi, hari yang mungkin tak akan
terlupakan buat Jetty. Tepatnya 21 April, memang Hari Kartini tetapi lebih
istimewa dari pada itu karena laki-laki yang dia idam-idamkan menyatakan cinta kepada Jetty. Setelah
pertemuan pertamanya dengan laki-laki itu di taman yang dipenuhi bunga yang
sedang mekar.
Seminggu sebelum
hari ini, Jetty mempersiapkan kado. Kado
yang bisa dibilang berukuran besar karena melebihi ukuran tas yang sering dia
tenteng-tenteng dimana pun dia pergi. Isinya hanya sepasang sepatu yang June
ingin-inginkan. Jeri payah mengumpulkan uang untuk membeli sepatu itu memang
tak semudah meminta uang kepada orang tuanya. Harga yang mukin melebihi ukuran
dompet mahasiswa, mengharuskan Jetty bekerja sampingan. Tanpa sepengetahuan
June pujaan hatinya itu, setiap selesai kuliah Jetty bekerja sebagai pelayan di
cafe yang dekat dengan kos-kosannya. Memang Jetty bukan anak yang manja, dia
ingin membeli kado itu dengan uang hasil jeri payahnya sendiri.
Di Danau Lin,
tempat dimana June dan Jetty telah rencanakan sebelumnya. Danau harapan nama
yang sering disebut dimasyarakat setempat,
bukan karena mitos dari danau itu, tetapi tempat itu bisa dibilang
romantis dengan pemandangan yang menabjubkan. Kebayakan pasangan-pasangan
remaja yang datang di tempat itu. Minggu atau hari libur, dimana tempat itu
ramai setiap pasangan berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir danau.
Bergandeng tangan dan bercanda ria hal yang mereka lakukan. Entah, apa yang
mereka bicarakan?
Mentari mulai
pulang keperpaduannya. Air danau semakin berwarna kemerah-merahkan. Air
bergelombang mengikuti arah angin. Jetty pun datang duluan ke tempat yang telah
direncanakan itu. Jetty duduk di tempat duduk dari kayu sebelahan dengan tiang
lampu.
“Sayang, aku udah
sampai.” Pesan singkat yang ditujukan kepada June.
10 menit sudah berlalu tetapi belum ada jawaban sms dari June. Rasa khawatir mulai datang. Jarum jam mulai menunjukan pukul 16.30. Tiba-tiba telepon bergetar. Jetty langsung menatap layar teleponnya.
10 menit sudah berlalu tetapi belum ada jawaban sms dari June. Rasa khawatir mulai datang. Jarum jam mulai menunjukan pukul 16.30. Tiba-tiba telepon bergetar. Jetty langsung menatap layar teleponnya.
“Maaf, sayang aku
tak bisa datang, aku kecelakaan.” Isi pesan dari June.
Jetty pun kaget dan
langsung mukanya berubah pucat. Rasa khawatir itu bagaikan petir yang menyambar
ketika akan datang pelangi. Jetty
kebingungan, dia mencoba untuk menelpon June tetapi tidak aktif.
Ditengah-tengah kekhawatirnya itu terdengar seorang lelaki dengan sedang memainkan
gitar sambil bernyanyi lagu Selamanya-Utopia.
Lagu kesukaan Jetty.
“Itu suara yang
pernah aku dengar, siapa dia?” Gumam Jetty.
Suara itu terdengan
dibelakang Jetty, langsung Jetty membalikan badannya dan terlihat laki laki
yang memakai baju rapi dengan rambut jambul has.Ternyata itu June, langsung
jetty memeluk June dengan erat.
“Sayang, aku
khawatir jika kamu memang kecelakaan, aku tak bisa membayangkan jika kamu pergi
jauh dan tak kembali.” Bisik Jetty kepada June sambil mengeratkan pelukannya.
“Aku tak akan
kemana mana. Aku akan menjadi senja yang selalu menemani di setiap soremu. Happy anniversary, Sayang.” Balas
bisikan dari Jetty.
Hati mulai tenang yang tadinya kacau. Terasa bertaburan bunga yang tak henti-hentinya.
Hati mulai tenang yang tadinya kacau. Terasa bertaburan bunga yang tak henti-hentinya.
Hening mulai
tercipta diantara mereka.
“Hay, Bunga?” Suara
lirih memanggi Jetty.
“Apa, honey?” Jawab
Jetty.
“Aku punya ini
untukmu.” Sambil menggenggaman serangkaian mawar kesukaan Jetty.
Senyum manis dari
Jetty mulai merekah. Pipinya mulai terangkat. Kerutan kulit di pipinya mulai
menebal. Hatinya berdebar semakin kencang. Jetty mencoba mengambil bunga itu
dengan kedua tangannya. June melangkahkan satu langka lebih dekat dan June
mencium kening Jetty. Hati Jetty pun semakin berdebar kencang. Dia menutup
matanya.
“Ini mimpi bukan?” Gumamnya
dalam batin.
“Makasih, Sayang.
Aku juga punya sesuatu buat kamu.” Ucap Jetty kepada June.
“Apa?” Balas pendek
June.
“Hanya ini yang
bisa aku kasih. Jangan dibuka dulu yaa. Nanti dirumah aja.”
Kata Jetty sambil
memberikan sebungkus kado.
“Terima kasih,
Sayang. Aku juga punya sesutau buat kamu.” Kata June.
“Apa itu, Sayang?”
Tanya penasaran dari Jetty. “Hanya sekecil ini, tapi aku harap kamu suka.”
Sambil memberikan kado lebih kecil dari kado yang diberikan oleh Jetty.
“Iya,gak apa-apa, aku akan suka kok.” Jawab Jetty.
“Iya,gak apa-apa, aku akan suka kok.” Jawab Jetty.
Merah senja mulai
meghilang. Gelap menumbangkan pepohonan yang tecermin diatas air danau.
Hembusan angin yang membawa kedingan datang selaras dengan gelap menyelimuti.
Lampu-lampu disamping tempat duduk pinggir danau itu mulai menyala serentak.
Pagar besi dan jalan setapak itu mulai jelas kembali. Jetty dan June pun memutuskan untuk pulang.
Mereka berjalan meninggalkan tempat duduk yang mereka duduki tadi. Tangan Jetty
dipegang erat oleh June. Menandakan June sayang kepada Jetty, melebihi apapun.
Di bawah sinar lampu mereka berdua berjalan pelan.
Sebulan telah
berlalu dari hari yag mendebarkan itu. June tiba-tiba jarang menghubungi Jetty.
Mungkin karena kesibukan keduannya menghadapi sekrepsi. Atau kerena mereka
berbeda universitas dan beda fakultas makannya jarang ketemu. Walau terkadang
June masih menghubungi Jetty melalui telepon. Tetapi, berbeda dari sebelum hari
aniversary itu, sebelumnya June selalu mengajak main Jetty setiap pulang
kuliah. Jetty pun menyadari kesibukan June.
Hari- hari sibuk
untuk sekrepsi itu pun telah usai. Pendidikan S2 telah diraih Jetty. Tetapi,
saat wisuda itu June tidak datang dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada
Jetty. Jetty bingung sebernanrnya June kemana, kekasihnya itu?. Hari-hari mulai
sepi tanpa kabar dari June. Jetty pun menaruh rasa curiga. Bulan demi bulan
tanpa kabar dari June.
Bulan purnama
bersinar terang. Suara binatang malam tak bisa terengar lagi karena telinga
yang dipaksakan mendengar lagu demi lagu menggunakan headsed. Jetty duduk di dekat taman di belakang
rumagnya. Ribuan bintang-bintang menemaninya dalam kesunyian malam itu. Banyak
tanda tanya dibenak Jetty. Apa mugkin June telah melupakanku dan kenangan-
kenangan yang ada?
“Itu tak akan
mungkin.” Kata hatinya mulai beradu sebuah pernyataan yang meyakinkan Jetty.
Tetapi, keyakinan Jetty kepada kekasihnya itu tak mungkin tergoyahkan lagi.
Laki-laki yang telah menemaninya 3 tahun itu, yang telah ditaruh harapan yang besar
oleh Jetty. “Kamu kenapa, Sayang?” Suara terdengar lirih bertanya kepadanya.
Itu bukan June. Tetapi, Ibunya Jetty
yang merasa ada masalah yang dialami anaknya itu.
“Gak apa apa, Ma.”
Jawab Jetty dengan menyembunyikan raut hati yang sedang kacau.
“Aku ini Mamamu,
Jetty.Cobalah untuk bercerita kalau sedang ada masalah.” Bujuk Mamanya Jetty
yang ragu dengan jawaban Jetty sebelumnya.
Suasanya menjadi
sunyi, Jetty yang diam saja tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
Mamanya itu.
“Jetty? Jetty?
Jetty?” Di panggil 3 kali oleh ibunya baru Jetty menengokkan wajahnya
ke wajah Mamanya
yang khawatir.
“Iya, Ma?” Jawab
singkat sambil kaget dari Jetty.
“Kamu kok melamun
gitu, kamu sedang memikirkan June ya?” Tanya Mamanya itu, dan terdengar nama
June. Seseorang yang sedang dilamunkan itu.
“Tidak, Ma. Aku baik-baik
saja kok.”Jawab Jetty dengan senyum palsu menutupi masalahnya itu.
“Aku yakin jika
kalian mempunyai masalah, kalian bisa menyelesaikannya, karena Mama yakin
kalian telah dewasa.” Kata-kata yang terucap dari mulut Mamanya yang mencoba
menenangkan Jetty.
Akhirnya Jetty
memutuskan pergi menemui June ke kampusnya keesokan harinya.
Suara ayam memecah
kesunyian pagi. Kabut pagi mulai pudar. Sinar mentari menelusup melalui
cela-cela kabut. Gelap mulai pergi. Air embun di atas dedaunan mulai terlihat.
Memancarkan sinar mentari yang memantul. Alaram membangunkan Jetty dari tidur
nyenyaknya itu. Menghilangkan dirinya dari mimpi yang sedang dia masuki. Jarum
jam menunjukan pukul 07.00. Rasa ngantuk yang masih menyelimutinya, dia
menghiraukan itu semua. Dia segera bergegas sesuai rencana awalnya. Segera
mandi dan siap-siap.
“Kamu mau kemana,
Jetty? Kok keburu-buru gitu.” Tegur ayahnya yang sedang menikmati sarapan pagi
sebelum pergi kekantor.
“Mau pergi kuliah,
Yah.” Suara lirih sambil ngos-ngosan. Tanpa, mempedulikan makanan yang sudah diidangkan
ibunya itu, Jetty hanya mengambil sepotong roti yang telah diolesi selai. Rasa
penasaran yang mungkin tak bisa dicegah oleh Jetty memecah segalanya. Mungkin,
karena saking kangennya kepada kekasihnya itu.
Jetty langsung
mengambil scotter warna kuning dengan tas tercanteng di pundaknya.
Sesampainya di
kampus kekasihnya itu. Jetty langsung menuju taman depan kampus kekasihnya itu,
Jetty sudah janjian dengan Jhon. Jhon adalah teman dekat June yang telah kenal
Jetty sebelumnya dan sering double date dengannya.
Setelah menunggu 15 menit Jhon menghampiri Jetty.
“Hay, Jett. Lama
tak bertemu gimana kabarnya?” Sambil bersalaman dengan Jetty.
“Baik, Gimana
denganmu?” Jawab Jetty.
“Baik juga, ada apa
ya, tidak biasanya mau bertemu aku?”
Heran, sambil
menggarukan jari-jarinya kerambut kribonya itu. “Kamu tau June gak? Dua bulan
terakhir ini dia menghilang begitu saja. Aku kira sibuk dengan sekresipnya.”
Tanya Jetty kepada Jhon.
“Aku juga tidak
tahu, sebenernya aku juga mau tanya denganmu. Dia juga tidak berangkat sebelum
dia menyelesaikan sekrepsi.” Jhon menjawab dengan muka menyembunyikan sesuatu
dari June.
“Tapi, aku bertemu
dia kemaren......”
“Bertemu dimana?
Apa dia menanyakanku.” Sambet Jetty sebelum Jhon menyelsaikan kalimat yang
ingin dia ucap.
“Dia hanya
menitipkan ini untukmu.” Jhon mengeluarkan sepucuk surat kecil dari tas
gendongnya itu.
“Apa itu?” Tanya
Jetty dengan rasa bingung. Langsung Jetty ingin memintanya.
Jhon memberikan surat itu, “Pesan dari June, surat ini kamu baca saat kamu di rumah.”
Jhon memberikan surat itu, “Pesan dari June, surat ini kamu baca saat kamu di rumah.”
“Oke aku akan baca
dirumah.” Janji Jetty. Setelah berbincang-bincang agak lama, Jetty memutuskan
untuk pulang karena mentari mulai meninggi diatas ubun-ubun.
Jam dinding yang
menempel di dinding dengan cat agak kebiru-biruan berbunyi pertanda waktu
menunjukkan pukul 00.00. Rasa penasaran dan ragu ingin membuka surat yang
diberikan Jhon tadi dari June mengakibatkan tidak bisa tidur. Akhirnya, Jetty
memberikan diri untuk membaca surat kecil itu. Suasana serasa hening karena
lagu yang sedang Jetty mematikan lagu yang sedang dia dengarkan. Sudut mata
hanya tertuju di susunan kata warna hitam yang digoresankan di kertas itu.
“Sayang, maaf aku
pergi begitu saja tanpa memperdulikanmu. Aku tak bisa denganmu lagi karena orang
tuaku telah menjodohkanku dengan orang lain. Dan aku harus meninggalkan kota
ini. Aku tak bisa menolak permintaan orang tuaku ini. Mungkin dengan ini jalan
yang terbaik adalah hubungan kita tidak lagi ada. Makasih, atas segalanya.
Pertemuan terakhir kita saat anniversary itu adalah pertemuan terakhir yang tak
akan ku lupakan. Kau telah menjadi sebagian dari hidupku. Maksih Jetty. Dari
June.”
Jetty hanya terdiam
membaca surat itu, dia kaget dengan pernyataan yang dia terima. Badannya
tiba-tiba menggigil. Pikirannya mulai kabur, dan semuanya menjadi kacau. Satu demi
satu butiran air mata menetes di atas kertas yang masih dia pegang. Air mata
itu melunturkan tulisan hitam dari tinta itu. Rasa marah, kesal, bercambur baur
menjadi satu.
“Apakah ini janjimu
selama ini?”
“Apakah kamu begitu
cepat melupakanku?”
Pertanyaan-pertanyaan
yang menyudutkan June muncul hanya didalam angan dan dengar lirih sambil
tersedu sedu. Dengan pikiran yang sedang kacau Jetty menyobek-nyobek kertas
yang telah ditulis June itu, tidak Cuma itu Jetty juga melempatkan bingkai
kecil yang berisi fotonya dengan June saat di Danau itu. Dan semua benda yang
diberikan June dibanting dengan tidak sadar.
Tak terasa pagi
datang kembali membawa sinar mentari untuk menerangi hari yang penuh dengan
kabut putih. Jetty masih tertidur pulas. Alarm seperti biasanya tidak berbunyi
lagi karena telah terbanting tadi malam.
“Tog...tog...” terdengar
kentukan dari luar kamar.
“Jetty bangun. Kamu
gak kuliah?” Teriak mamanya dari luar kamar.
Jetty tidak menjawab
pertanyaan dari Mamanya itu, dan membiarkan sebagai angin berlalu.
Tanpa respon dari
Jetty. Mamanya berinisiatif untuk menggunakan kunci cadangan. “Cekleekkk...ceklee...”
Pintu terbukan. “Aaaaaduuhhhhhhhhhhhh.......Jettyy............” Teriak Mamanyaa
yang kaget melihat kamar yang berantakan akibat barang-barang berceceran.
“Jetty kamu kenapa, Kok kamarmu seperti kapal pecah.” Mamanya agak marah dengan nada tinggi dia bertanya.
“Jetty kamu kenapa, Kok kamarmu seperti kapal pecah.” Mamanya agak marah dengan nada tinggi dia bertanya.
“Tidak apa-apa,
Ma.” Jawab Jetty degan suara lirih hampir tidak ada suaranya karena suaranya
sudah dihabiskan menangis tadi malam.
Jetty langsung
bangun dan berjalan menuju kamar mandi dan langsung menuju meja makan tanpa
membersihkan kamar dahulu. Mamanya hanya terdiam menghadapi Jetty tanpa marah
yang berlebihan karena Jetty adalah anak satu-satunya. Kamar yang berantakan
itu satu demi satu dibersihka oleh Mamanya.
Sudah sebulan Jetty
tanpa June. Seseorang yang selalu ada untuk Jetty. Yang menjadi pahlawan untuk Jetty
kini hanya menjadi bayang-bayang yang terbang diangannya. Melamun kini menjadi
kebiasaan yang Jetty lakukan. Sering dia meluangkan waktu untuk mengunjungi
Taman yang pertama kali dia bertemu June. Dia disana hanya duduk terdiam dan
melamun. Dan Dia sering bolos kuliah. Rasa benci kepada June yang masih
mengaduk-ngaduk hatinya itu merubah sifat dan kebiasaan Jetty. Yang dulunya Dia
aktif sekarang menjadi kurang dan hanya diam
.
Suatu ketika Jetty
sedang sendirian terdiam dirumah, hanya duduk di sofa depan televisi.
“Tog......Tog.....Tog..... Permisi....” Terdengar seseorang mengetuk pintu.
Tanpa sepatah kata menanggapi suara Jetty langsung membukakan pintu. Di depan pintu ada Jhon dan seorang ibuk-ibuk agar paruh baya.
“Tog......Tog.....Tog..... Permisi....” Terdengar seseorang mengetuk pintu.
Tanpa sepatah kata menanggapi suara Jetty langsung membukakan pintu. Di depan pintu ada Jhon dan seorang ibuk-ibuk agar paruh baya.
“Hay, Jett.....”
Sapa Jhon.
“Apa lagi, aku
sudah membenci June yang telah meninggalkanku.. Benciii...” nada tinggi Jetty
menanggapi.
“Aku jelasin.....”
Berusaha menenangkan Jetty.
“Gak usah ...
Silahkan pergi jika hanya ingin membahas June, Aku sudah membuangnya dari hidupku..” Jetty
pun marah, menyambar perkataan Jhon yang belum selesai bicara.
“Nak Jetty... Saya
yang meminta Nak Jhon mengantarkan tante untuk datang kesini.” Suara lirih
dengan mata berkaca-kaca.
Lalu, Ibu-ibu itu
memeluk Jetty dengan air mata yang mulai menetes di pipinya. Jetty pun bingung
siapa ibu-ibu ini?
“Tante adalah
Mamanya June. Kamu wanita yang selalu berusaha diceritakan June kepada Tante.
Surat yang diberikan Nak Jhon kemaren itu bukan sebenarnya.” Ibu-ibu itu sambil
membisikan ketelinganya Jetty.
Jetty pun kaget,
sebelumnya dia belum pernah melihat Mamanya June karena June tidak boleh
pacaran dulu sebelum bekerja. Dan dengan pernyataan Mamanya June itu Jetty
tambah bingung.
“June telah
meninggal....” Bisik lirih dari Mamanya June.
Jetty pun kaget
bagaikan awan hitam bersam petir mulai datang merubah hari yang cerah itu. Rasa
benci kepada june yang telah tertanam di hati Jetty terasa tumbang. Badan yang
tadinya berdiri tegak karena emosi menjadi lemas mendengar pernyataan itu. Mata
Jetty mulai berkaca-kaca sampai meneteskan air matanya.
Setelah Mamanya
June melepaskan pelukannya, lalu menyeka butiran air mata yang ingin jatuh
kepipinya. Mamanya June memberikan sebuah surat dan handphone yang dari tadi
ada digenggamannya.
“Jika nak Jetty ingin tahu yang sebenarnya, ini ada surat dari June sebelum dia menutup mata untuk terakhir kalinya dia menyuruh tante untuk memberikan kepadamu.” Kata Mamanya June.
“Jika nak Jetty ingin tahu yang sebenarnya, ini ada surat dari June sebelum dia menutup mata untuk terakhir kalinya dia menyuruh tante untuk memberikan kepadamu.” Kata Mamanya June.
Dengan tangan bergetar sambil tersedu-sedu Jetty menerima surat itu dan membacanya.
“Dear Bungaku, Ku harap saat membaca surat ini kamu tersenyum sama saat kamu membalas senyum ku saat pertama kali kita bertemu. Senyummu sama dengan bunga yang sedang mekar di Taman itu, menyejukan hati yang kosong ini. Terima kasih atas segala kasih sayang yang kamu berikan kepadaku, kasih sayang itu melebihi kasih sayangku. Maaf, jika aku menyembunyikan ini semua. Penyakit kronis dari bayi menyebabkanku harus menjauh darimu. Aku tak mau kamu sampai mengetahui ini semua, aku tak mau kamu bersedih dengan kondisi yang aku alamai. Aku tahu kamu orang yang tegar. Semoga kamu setelah membaca surat ini, kamu akan mengerti. Anniversary kita yang ketiga di danau itu adalah pertemuan yang membuatku tegar menjalani hidup. Aku mempunyai perjalannya cinta kita yang aku buat cerpen dan ada foto-foto dari kita bertemu awal sampai terakhir di handphone yang aku berikan. Semoga dapat menjadi sebuah cerita indah dalam hidupmu. Aku tahu setiap manusia akan merasakan kematian, tetapi apa yang melandaku berbeda. Aku berharap kamu akan menemukan laki-laki yang lebih dari aku dan bisa membuat kamu tersenyum seperti senja yang menemani kita di danau itu. I LOVE YOU JETTY. Dari honey mu June.”
Saat membaca surat
itu Jetty tidak bisa menahan air mata yang mengalir deras dan di akhir kata
Jetty terjatuh lemas tidak sadarkan diri.
Jetty yang mengira June meninggalkannya karena June menikah dengan orang lain dan melupakan janji kepada Jetty ternyata bukan sebenarnya. June menutupi penyakit kronis yang dialami sejak kecil. June tidak ingin penyakitnya membebani kekasih yang sayang kepadanya itu. Dan akhirnya June tidak bisa melawan penyakitnya itu dan meninggal.
Anda bisa mendownload Cerpen diatas, DISINI
Rabu, 03
Agustus 2014
No comments:
Post a Comment