A. Tujuan Fundamental Budaya Kerja
Tujuan fundamental Budaya Kerja untuk membangun SDM seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu 16 hubungan sifat peran sebagai pelanggan pemasok dan komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Oleh karena itu Budaya Kerja berupaya merubah budaya komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dansemangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam karena akan merubah sikap dan perilaku SDM untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu, masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus ingin belajar, ingin memberikan yang terbaik bagi organisasi, dan sebagainya.
Aspek budaya yang berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas bagi aparatur pemerintah, sehingga kurang dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu antara lain:
1. Budaya paternalisme, yaitu sikap yang terlalu berorientasi ke atas, akibatnya bawahan bekerja lebih menyenangi menunggu perintah dari atasan, sedangkan kreativitas dan inisiatif berkurang bahkan cenderung dimatikan.
2. Budaya manajemen tertutup, yang artinya bahwa pemimpin merasa sebagai penguasa yang tidak perlu mengikutsertakan bawahannya sehingga timbul sikap saling curiga mencurigai, tidak percaya, dan prasangka yang kurang menguntungkan dan lain-lain, yang mengakibatkan pekerjaan tidak efektif dan efisien.
3. Budaya kurang mampu membedakan jam kerja dan jam dinas, urusan dan urusan kedinasan.
4. Budaya memberikan terlalu banyak pekerjaan dan tanggungjawab kepada seseorang yang aktif dan berprestasi, dan kurang percaya terhadap yang belum memperoleh kesempatan untuk aktif dan berprestasi.
5. Budaya sistem famili dan koneksi di lingkungan kerja, yang mengakibatkan pengangkatan pegawai dan pembinaan karir kurang memperhatikan profesionalisme dan prestasi. Budaya ini ditunjang lagi oleh kebiasaan berupa kecenderungan pilih kasih (like and dislike) dalam pembinaan dan pengembangan karir dan penempatan seorang pegawai.
6. Budaya asal bapak senang (ABS), yaitu budaya di dalam memberikan informasi / laporan kepada pimpinan dengan penuh rekayasa.
7. Budaya tidak senang diperiksa karena pengawasan cenderung bersifat mencari-cari kesalahan.
Sumber :
Darmayanti, NL., & Wicaksono, P. 2020. Bahan Ajar Budaya Melayani dan Etos Kerja. Tabana : Poltrada Bali.
Djumlani, A., Paranoan., & Zulkifli T. 2014. Hubungan Budaya Kerja Dengan Komitmen Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam. Dalam Jurnal Administrative Reform, Vol.2 No. 2, Tahun 2014.
No comments:
Post a Comment